Senin, 23 September 2013
Selasa, 17 September 2013
LP KOLOSTOMI
PASIEN
DENGAN KOLOSTOMI
v
KONSEP DASAR
2.1 PENGERTIAN
Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu
hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut.
Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya. (llmu Bedah,
Thiodorer Schrock, MD, 1983).
Colostomy adalah sebuah lubang buatan
yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan
feses (M. Bouwhuizen, 1991).
2.2 JENIS KOLOSTOMY BERDASARKAN LOKASI
Jenis kolostomi berdasarkan lokasinya;
·
transversokolostomi
merupakan kolostomi di kolon transversum,
·
sigmoidostomi
yaitu kolostomi di sigmoid,
·
kolostomi
desenden yaitu kolostomi di kolon desenden
·
kolostomi
asenden, adalah kolostomi di asenden (Suriadi, 2006)
2.3 JENIS-JENIS KOLOSTOMI LAMA PENGGUNAAN
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga
jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat
dibuat secara permanen maupun sementara.
Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila
pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya
keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga
tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa
kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang).
Kolostomi temporer/
sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi
kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan
dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini
mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut
kolostomi double barrel.
Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa
mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi
biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar. Pasien
dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi
(pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi
karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak
mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus
selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan
jika balutan terkontaminasi feses.
Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika
kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan
feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien
disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya
iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera
diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap
perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu
dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak
teriritasi.
2.4 BERDASARKAN LUBANG KOLOSTOMY DIBAGI MENJADI 3:
1. Single barreled stoma,
Yaitu
dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup.
2. Double barreled,
Biasanya meliputi kolon transversum. Kedua
ujung kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan
dua stoma.Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan
feses.
3. Kolostomi lop-lop,
Yaitu
kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat
dengan glass rod.Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen,
lubang dibuat dipermukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.
2.5 INDIKASI KOLOSTOMI
Indikasi colostomy yang permanent. Pada penyakit usus
yang ganas seperti carsinoma pada usus. Kondisi infeksi tertentu pada colon:
·
Trauma kolon dan sigmoid
·
Diversi pada anus malformasi
·
Diversi pada penyakit Hirschsprung
·
Diversi untuk
kelainan lain pada rekto sigmoid anal kanal
2.6 KOMPLIKASI
a. Prolaps, merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.
Prolaps dapat dibagi 3 tingkatan:
·
Penonjolan seluruh
dinding colon termasuk peritonium kadang-kadang sampat loop ilium.
·
Adanya strangulasi dan
nekrosis pada usus yang mengalami penonjolan.
·
Prolaps dapat terjadi
oleh adanya faktor-faktor peristaltik usus meningkat, fixasi usus tidak
sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra abdominal tinggi, dinding
abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan omentum yang pendek dan
tipis.
b. lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar
mengandung enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara
membersihkan kulit yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan
plaster.
c. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
d. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu
pasase normal feses.
e. Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen
keluar melalui celah.
f.
Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya
pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan,
pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan
kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat
melakukannya sendiri di kamar mandi.
g. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab
terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang
terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan
mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
h. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan
juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami
pengkerutan.
i.
Prolaps pada stoma
Prolaps merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm
atau lebih dari permukaan kulit.Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma.
j.
Perdarahan stoma
k. Hernia Paracolostomy
l.
Pendarahan Stoma
m. lnfeksi luka operasi
n. Retraksi : karena fixasi yang kurang sempurna
o. Sepsis dan kematian
Untuk mencegah komplikasi, diperlukan colostomi dengan teknik benar serta
perawatan pasca bedah yang baik, selain itu pre-operatif yang memadai.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
·
Foto polos
abdomen 3 posisi
·
Colon inloop
·
Colonoscopy
·
USG abdomen
2.8 PERAWATAN KOLOSTOMY
Ø Pengertian
Membersihkan
stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara
berkala sesuai kebutuhan.
Ø Tujuan
·
Menjaga kebersihan pasien
·
Mencegah terjadinya infeksi
·
Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
·
Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
Ø Persiapan pasien
·
Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan
tindakan, dll
·
Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
·
Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan
pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P),
mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk
belajar merawat kolostomi pasien
Ø PERSIAPAN ALAT
1. Colostomy bag
atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat
2. Kapas
sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau
tissue
4. pasang sarung
tangan bersih
5. Kantong untuk
balutan kotor
6. Baju ruangan /
celemek
7. Bethadine (bila
perlu) bila mengalami iritasi
8. Zink salep
9. Perlak dan
alasnya
10. Plester dan
gunting\
11. Bila perlu obat
desinfektan
12. Bengkok
13. Set ganti balut
Ø PROSEDUR KERJA
1.
Cuci tangan
2.
Gunakan sarung tangan
3.
Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan
atau kiri pasien sesuai letak stoma
4.
Meletakkan bengkok di atas perlak dan
didekatkan ke tubuh pasien
5.
Mengobservasi produk stoma (warna,
konsistensi, dll)
6.
Membuka kantong kolostomi secara hati-hati
dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien
7.
Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8.
Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9.
Membersihkan colostomy dan kulit disekitar
colostomy dengan kapas sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl
10.
Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan
sangat hati-hati menggunakan kassa steril
11.
Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika
terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
12.
Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma
colostomy
13.
Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi
vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien
14.
Memasukkan stoma melalui lubang kantong
kolostomi
15.
Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat
tanpa udara didalamnya
16.
Merapikan klien dan lingkungannya
17.
Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18.
Melepas sarung tangan
19.
Mencuci tangan
20.
Membuat laporan
v
ANATOMI FISIOLOGI
SISTEM PENCERNAAN
Sistem Pencernaan merupakan saluran
yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh
dengan jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan dan pencampuran) dengan
enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut (oris) sampai anus.
SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN
1)
Oris (rongga mulut)
2)
Faring (tekak/tenggorokan)
3)
Esofagus (kerongkongan)
4)
Gaster (lambung)
5)
Intestinum minor
a.
Duodenum (usus 12 jari)
b.
Yeyenum
c.
Ileum
6) Intestinum Mayor
a. Seikum
b. Kolon
asendens
c. Kolon transversum
d. Kolon
desendens
e. Kolon sigmoid
7)
Rektum
8) Anus.
Alat-alat Penghasil Getah Cerna
1.Kelenjar Ludah:
a) Kelenjar (glandula) parotis
b) Kelenjar submaksilaris
c) Kelenjar sublingualis
2.Hati
3.Pankreas
4.Kandung empedu
Usus
besar atau kolon berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1,5
m yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah
pasti lebih besar dari dari pada usus kecil, yaitu sekitar 6,5 cm, tetapi makin
dekat anus diameternya semakin kecil.
Kolon memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan
dengan dengan proses akhir isi usus. Fungsi kolon yang penting adalah
absorbsi air dan elektrolit , yang sudah hampir selesai dalam kolon dextra .
kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung masa feses yang sudah
terdehidrasi hingga berlangsungnya defekasi.
Usus besar terdiri dari caecum, appendix, kolon
ascendens, kolon transversum, kolon descendens, kolon sigmoideum dan rektum
serta anus
Colon transversum panjangnya sekitar 38 cm, berjalan dari flexura coli
dextra sampai flexura coli sinistra. Bagian kanan mempunyai hubungan dengan duodenum
dan pankreas di sebelah dorsal, sedangkan bagian kiri lebih bebas. Flexura coli
sinistra letaknya lebih tinggi daripada yang kanan yaitu pada polus cranialis
ren sinistra, juga lebih tajam sudutnya dan kurang mobile. Flexura coli dextra
erat hubunganya dengan facies visceralis hepar (lobus dextra bagian caudal)
yang terletak di sebelah ventralnya. Arterialisasi didapat dari cabang cabang
arteri colica media. Arterialisasi colon transversum didapat dari arteri colica
media yang berasal dari arteri mesenterica superior pada 2/3 proksimal
,sedangkan 1/3 distal dari colon transversum mendapat arterialisasi dari arteri
colica sinistra yang berasal dari arteri mesenterica inferior
Mesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang
memfiksasi colon transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal. Pangkal
mesokolon transversa disebut radix mesokolon transversa, yang berjalan dari
flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra. Lapisan cranial mesokolon
transversa ini melekat pada omentum majus dan disebut ligamentum gastro (meso)
colica, sedangkan lapisan caudal melekat pada pankreas dan duodenum, didalamnya
berisi pembuluh darah, limfa dan syaraf. Karena panjang dari
mesokolon transversum inilah yang menyebabkan letak dari colon transversum
sangat bervariasi, dan kadangkala mencapai pelvis.
Colon descendens panjangnya sekitar 25 cm, dimulai dari flexura coli
sinistra sampai fossa iliaca sinistra dimana dimulai colon sigmoideum. Terletak
retroperitoneal karena hanya dinding ventral saja yang diliputi peritoneum,
terletak pada muskulus quadratus lumborum dan erat hubungannya dengan ren
sinistra. Arterialisasi didapat dari cabang-cabang arteri
colica sinistra dan cabang arteri sigmoid yang merupakan cabang dari arteri
mesenterica inferior.
Colon sigmoideum mempunyai mesosigmoideum sehingga letaknya
intraperitoneal, dan terletak didalam fossa iliaca sinistra. Radix mesosigmoid
mempunyai perlekatan yang variabel pada fossa iliaca sinistra. Colon sigmoid
membentuk lipatan-lipatan yang tergantung isinya didalam lumen, bila terisi
penuh dapat memanjang dan masuk ke dalam cavum pelvis melalui aditus pelvis,
bila kosong lebih pendek dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan dan
akhirnya ke dorsal lagi. Colon sigmoid melanjutkan diri kedalam rectum pada dinding
mediodorsal pada aditus pelvis di sebelah depan os sacrum. Arterialisasi
didapat dari cabang- cabang arteri sigmoidae dan arteri haemorrhoidalis
superior cabang arteri mesenterica inferior. Aliran vena yang terpenting adalah
adanya anastomosis antara vena haemorrhoidalis superior dengan vena
haemorrhoidalis medius dan inferior, dari ketiga vena ini yang bermuara kedalam
vena porta melalui vena mesenterica inferior hanya vena haemorrhoidalis
superior, sedangkan yang lain menuju vena iliaca interna. Jadi terdapat
hubungan antara vena parietal (vena iliaca interna) dan vena visceral (vena
porta) yang penting bila terjadi pembendungan pada aliran vena porta misalnya
pada penyakit hepar sehingga mengganggu aliran darah portal. Mesosigmoideum
mempunyai radix yang berbentuk huruf V dan ujungnya letaknya terbalik pada
ureter kiri dan percabangan arteri iliaca communis sinistra menjadi
cabang-cabangnya, dan diantara kaki-kaki huruf V ini terdapat reccessus
intersigmoideus.
Vaskularisasi kolon dipelihara oleh cabang-cabang arteri
mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior, membentuk marginal arteri
seperti periarcaden, yang memberi cabang-cabang vasa recta pada dinding usus.
Yang membentuk marginal arteri adalah arteri ileocolica, arteri colica dextra,
arteri colica media, arteri colica sinistra dan arteri sigmoidae. Hanya arteri
ciloca sinistra dan arteri sigmoideum yang merupakan cabang dari arteri
mesenterica inferior, sedangkan yang lain dari arteri mesenterica superior.
Pada umumnya pembuluh darah berjalan retroperitoneal kecuali arteri colica
media dan arteri sigmoidae yang terdapat didalam mesocolon transversum dan
mesosigmoid. Seringkali arteri colica dextra membentuk pangkal yang sama dengan
arteri colica media atau dengan arteri ileocolica. Pembuluh darah vena
mengikuti pembuluh darah arteri untuk menuju ke vena mesenterica superior dan
arteri mesenterica inferior yang bermuara ke dalam vena porta. Aliran limfe
mengalir menuju ke Lnn. ileocolica, Lnn. colica dextra, Lnn. colica media, Lnn.
colica sinistra dan Lnn. mesenterica inferior. Kemudian mengikuti pembuluh
darah menuju truncus intestinalis.
v PATOFISIOLOGI
Klien
yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker kolon,kolitis
ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang disebut dengan
kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden, tranversum dan
sigmoid ).Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan permanen.Kolostomi
asenden dan transversum bersifat sementara,sedangkan kolostomi sigmoid bersifat
permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan dilakukan penutupan.
v ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLOSTOMI
1. Pengkajian
a. Keadaan stoma :
·
Warna stoma (normal warna
kemerahan).
·
Tanda-tanda perdarahan
(perdarahan luka operasi).
·
Tanda-tanda peradangan
(tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese).
·
Posisi stoma.
b. Apakah ada perubahan eliminasi tinja :
·
Konsistensi, bau, warna
feces.
·
Apakah ada konstipasi /
diare ?
·
Apakah feces tertampung
dengan baik ?
·
Apakah pasien/ keluarga
dapat mengurus feces sendiri ?
c. Apakah ada gangguan rasa nyeri :
·
Keluhan nyeri ada/ tidak.
·
Hal-hal yang menyebabkan
nyeri.
·
Kualitas nyeri.
·
Kapan nyeri timbul (terus
menerus / berulang).
·
Apakah pasien gelisah
atau tidak.
d. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
·
Tidur nyenyak/ tidak.
·
Apakah stoma mengganggu
tidur/tidak.
·
Adakah faktor lingkungan
mempersulit tidur.
·
Adakah faktor psikologis
mempersulit tidur ?
e. Bagaimana konsep diri pasien ?
f. Bagaimana persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal
diri, gambaran diri, & peran.
g. Apakah ada gangguan nutrisi :
·
Bagaimana nafsu makan
klien.
·
BB normal atau tidak.
·
Bagaimana kebiasaan makan
pasien.
·
Makanan yang menyebabkan
diare.
·
Makanan yang menyebabkan
konstipasi.
h. Apakah pasien seorang yang terbuka ?
·
Maukah pasien
mengungkapkan masalahnya.
·
Dapatkah pasien
beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat.
Prioritas Perawatan
Ditujukan Kepada:
·
Pengkajian mengenai
penyesuaian psikologis.
·
Pencegahan terhadap
komplikasi.
·
Pemberian dukungan untuk
rnerawat anak.
·
Menyediakan informasi
bagi keluarga.
2.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan
dengan trauma jaringan
2.
Kerusakan intregitas kulit berhubungan
dengan pemasangan kolostomi
3.
Gangguan konsep diri/citra diri
berhubungan dengan perubahan anatomis
4.
Gangguan istirahat tidur berhubungna
dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
5.
Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
6.
Nutrisi kuarang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
3.
Intervensi
keperawatan
DIAGNOSA
|
TUJUAN/KH
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan trauma jaringan
|
TUJUAN:
Diharapkan
rasa nyeri berkurang/hilang
KH:
-
Skala
nyeri 0-10
-
Wajah
tampak rilek
|
1.
Kaji
keluhan dan derajad nyeri
2.
Motivasi untuk melakukan tekhnik
pengaturan nafas dan mengalihkan perhatian
3.
Hindari sentuhan seminimal mungkin
untuk mengurangi rangsangan nyeri
4.
Pertahankan puasa
5.
Berikan analgetik sesuai dengan
program medis
|
1.
Untuk mengetahui sifat dan tingkat nyeri
sehingga memudahkan dalam memberikan tindakan
2.
Relaksasi dan retraksi dapat mengurangi
rangsangan nyeri
3.
Sentuhan dapat meningkatkan rangsangan nyeri
4.
Unttuk mengistirahatkan usus
5.
Analgesik membantu memblok jaras nyeri
|
Kerusakan intregitas kulit
berhubungan dengan pemasangan kolostomi
|
Tujuan :
dapat mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil :
-
Iritasi berkurang
-
Luka kering .
|
1.
Jelaskan
pentingnya merawat luka pada pasien kolostomi
2.
Observasi
luka, catat karakteristik drainase
3.
Kosongkan
irigasi dan bersihkan kantong kolostomi secara ritun
4.
Kolaborasi
pemberian antibiotik
|
1. Meningkatkan pengetahuan pasien tentang kondisinya
dan tindakan yang akan dilakukan
2. Perdarahan pasca operasi terjadi selama 48 jam
pertama, dimana infeksi dapat terjadi
3. Menghilangkan bakteri dan mengurangi resiko
infeksi
4. Mengurangi resiko infeksi
|
Gangguan konsep diri/citra diri
berhubungan dengan perubahan anatomis
|
Tujuan :
Menyatakan penerimaan diri sesuai
situasi
Kriteria hasil :
-
Menerima perubahan kedalam konsep
diri tanpa harga diri yang negative
-
Menunjukkan penerimaan dengan
melihat / menyentuh stoma dan berpartisipasi dalam perawatan diri
-
Menyatakan perasaan tentang stoma /
penyakit
Mulai menerima situasi secara konstruktif |
1. Catat perilaku menarik diri, peningkatan
ketergantungan, manipulasi/tidak terlibat dalam perawatan
2. Berikan kesempatan pada pasien atau orang terdekat
untuk memandang atau menyentuh stoma, gunakan kesempatan untuk memberikan
tanda positif tentang penyembuhan penampilan normal dsb. Tingkatkan pasien
bahwa penerimaan memerlukan waktu, baik secara fisik dan emosi
3. Berikan kesempatan pasien menerima kolostomi melalui
partisipasi perawatan diri
4. Jadwalkan aktivitas perawatan dengan pasien
|
1. Dengan masalah pada penilaian yang dapat memrlukan
evaluasi lebih lanjut dan terapi lebih dekat
2. Menyentuh stoma menyakinkan pasien/keluarga bahwa
hal itu tidak mudah rusak dan gerakan pada stoma merupakan peristaltic yang
normal
3. Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk
memperbaiki kepercayan diri dan penerimaan situasi
4. Meningkatkan rasa control dan memberikan pesan
pada pasien bahwa ia dapat menangani masalah tersebut, meningkatkan harga
diri
|
Gangguan
istirahat tidur berhubungna dengan luka insisi akibat tindakan colostomy
|
Tujuan :
Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi.
Kriteria Evaluasi :
-
KIien dapat tidur
tenang (6-8 jam sehari).
-
Tidak ada faktor
lingkungan dan psikologis yang mempersulit tidur.
-
Klien kelihatan segar
(tidak mengantuk).
|
1.
Jelaskan
perlunya pengawasan fungsi usus dalam operasi awal
2.
Berikan
system kantong adekuat, kosongkan kantong sebelum tidur, bila perlu pada
jadwal yang teratur
3.
Biarka
pasien mengetahui bahwa stoma tidak akan cedera bila tidur
4.
Dukung
kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur
5.
Kolaborasi
berikan analgesic, sedative saat tidur
|
1.
Pasien
lebih dapat mentoleransi gangguan dari staf bila ia memahami alas
an/pentingnya perawatan
2.
Flatus/feses
berlebihan terjadi meski diintervensi, pengosongan pada jadwal teratur
meminimalkan kebocoran
3.
Pasien
akan mampu beristirahat lebih baik bila merasa aman tentang kolostomi
stomanya
4.
Nyeri
mempengaruhi kemampuan pasien untuk jatuh/tetap tidur. Obat yang tepat waktu
dapat meningkatkan istirahat/tidur selama periode awal pasca operasi. Catat
jaras nyeri pada otak ada dipusat tidur dan dapat memmpengaruhi pasien menjadi
terbangun
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan adanya luka pasca bedah di abdomen
|
Tujuan :
Diharapkan pasien dapat melaukan aktivitas sesuai kondisinya
KH:
-
Px mampu
mika-miki tanpa bantuan
-
Px dapat
duduk sendiri
|
1.
Jelaskan
pentingnya gerakan/aktivitas bagi pasien
2.
Bantu dan
latih pasien untuk melakukan aktivitas/gerakan
3.
Ubah
posisi secara periodic sesuai kondisi pasien
4.
Motivasi
pasien untuk tetap melakukan latihan
|
1.
Gerakan
mengurangi spasme otot akibat bedrest
2.
Meningkatkan
rasa kepercayaan dan meminimal resiko dekubitus
3.
Perubahan
posisi menurunkan insiden komplikasi kulit
4.
Meningkatkan
rasa percaya diri dan untuk semangat sembuh
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat
|
Tujuan :
Diharapkan nafsu makan pasien meningkat
KH:
-
Bebas
tanda malnutrisi
-
Pola makan 3 kali sehari
|
1.
Jelaskan
pentingnya nutrisi pada pasien
2.
Jelaskan
makanan yang dianjurka dan yang dipantangkan
3.
Monitor
makanan dalam porsi sedikit tapi sering
4.
Monitor
makanan-makanan yang dikonsumsi
5.
Kolaborasi
dengan ahli gizi
|
1.
Nutrisi
dapat mempercepat penyembuhan luka
2.
Mencegah
kondisi yang buruk pada pasien
3.
Menurunkan
resiko mual, muntah
4.
Mencegah
timbulnya keracunan makanan atau kondisi pasien yang buruk
5.
Membantu
mengkaji kebutuhan nutrisi pasien dalam perubahan pencernaan dan funngsi usus
|
REFERENSI
http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/11/perawatan-kolostomi.html
http://hmjkeperawatan.blogspot.com/2012/10/lp-dan-askep-kolostomi.html
Langganan:
Postingan (Atom)